Skip to main content
Faedah dari Ashhabul Ukhdud
Mutiara faidah dari kisah pemuda dan tukang sihir (Ashhabul Ukhdud)
- Ahlul fasad (para pengusung kesesatan) selalu berusaha
untuk menularkan dan mewariskan kesesatan mereka, dengan berupaya sekuat
tenaga untuk melanggengkan kesesatannya tersebut.
- Disenanginya belajar di kala kecil, karena belajar di kala kecil
seperti mengukir di atas batu, dan seorang anak akan mampu menerima
didikan dan pengajaran sesuai dengan yang diharapkan.
- Hati-hati para hamba adalah berada di Tangan Allah, maka Allah akan
memberi petunjuk atau menyesatkan siapapun yang dikehendaki-Nya.
Lihatlah si anak tersebut, ia mendapatkan petunjuk sekalipun berada
dalam didikan tukan sihir dan dalam asuhan seorang raja sesat.
- Menetapkan adanya karomah para wali, mereka adalah orang-orang yang
berimand an bertakwa kepada Allah, seperti dalam firman-Nya: “Ingatlah
sesungguhnya wali-wali Allah tidak ada kekhawatiran terhadap mereka dan
tidak (pula) mereka bersedih hati, (yaitu) orang-orang yang beriman dan
mereka selalu bertaqwa.” (QS. Yunus: 62-63)
- Bolehnya bagi seseorang untuk mengorbankan dirinya apabila di sana
ada kemaslahatan manusia secara umum. Berkata Syaikhul Islam, “Karena
hal itu termasuk jihad di jalan Allah, dengan itu umat akan beriman dan
ia pun tidak akan sia-sia, karena cepat atau lambat ia pun pasti akan
meninggal dunia” Adapun yang dilakukan oleh sebagian manusia dengan
praktek bom bunuh diri, yaitu dengan membawa alat peledak (bom) kemudian
meledakkannya di sekelompok orang-orang kafir, maka ini termasuk
kategori membunuh diri sendiri, dan barangsiapa yang membunuh diri
sendiri maka ia kekal di dalam neraka selama-lamanya. Sebagaimana
tersebut dalam sebuah hadits: “Barangsiapa membunuh dirinya dengan
sebatang besi, maka besi itu berada di tangannya, lantas ia akan menusuk
perutnya dengannya di neraka jahannam, dia kekal selama-lamanya di
dalamnya.” (HR. Bukhari 5778, Muslim: 109). Karena perilakus emacam itu
tidak membawa maslhat bagi kaum muslimin secara keseluruhan. Dengan itu,
ia mungkin hanya membunuh 10, 100, atau 200 kaum kuffar, yang hal
tersebut tidak membawa manfaat bagi Islam dan tidak pula menjadikan
manusia masuk ke dalam Islam. Berbeda dengan kisah ghulam (anak)
tersebut. (Lihat Bahjatun Nadhirin karya Syaikh Salim bin Id Al-Hilali 1/86-88, Syarh Riyadlush Shalihin karya Syaikh Ibnu Utsaimin: 156-166).
Comments
Post a Comment